BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pendidikan berlangsung dalam
pergaulan antara orang dewasa dengan anak, namun demikian dalam pergaulan
tersebut tidak pada setiap saat dan tidak pada setiap situasi anak berstatus
sebagai anak didik, demikian pula sebaliknya bahwa tidak pada setiap saat dan
tidak pada setap situasi orang dewasa berstatus sebagia pendidik. Sehubungan
dengan itu, muncul permasalahan: Siapakah anak didik itu, dan bagaimana
karakterisiknya? Selain itu muncul pada permasalahan, dan apakah
peranan-peranannya dalam hubungannya dengan anak didik? Bab ini antara lain
akan membahas tentang permasalahan tersebut, yaitu mengenai Anak didik dan
pendidik.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan anak didik dan pendidik?
2. Apa
saja karakteristik anak didik dan pendidik?
3. Apa
saja peranan pendidik itu?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui dan memahami hakikat anak didik dan pendidik
2. Untuk
mengetahui dan memahami karakteristik anak didik
3. Untuk
mengetahui dan memahami peranan pendidik
BAB II
ANAK DIDIK DAN PENDIDIK
2.1
Anak
Didik dan Pendidik
A.
Anak
Didik
Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap
orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang
menjalankan kegiatan pendidikan.sedangkan dalam arti sempit anak didik adalah
anak (pribadi yang belumdewasa) yang di serahkan kepada tanggung jawab
pendidik.Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik merupakan
sinonim (persamaan), semuanya bermakna anak yang sedang berguru
(belajar dan bersekolah), anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari suatu lembaga pendidikan. Jadi dapat dikatakan bahwa anak didik merupakan semua orang yang sedang belajar, baik pada lembaga pendidikan secara formal maupun lembaga pendidikan non formal.
(belajar dan bersekolah), anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari suatu lembaga pendidikan. Jadi dapat dikatakan bahwa anak didik merupakan semua orang yang sedang belajar, baik pada lembaga pendidikan secara formal maupun lembaga pendidikan non formal.
Anak didik adalah subjek utama dalam pendidikan.Dialah
yang belajar setiap saat. Belajar anak didik tidak mesti harus selalu
berinteraksi dengan guru dalam proses interaksi edukatif.
Pada
dasarnya anak memiliki keinginan dan potensi untuk menjadi dewasa. Dipihak
lain, anak memiliki “ketergantungan” kepada orang dewasa. Ketergantungan anak
kepada orang dewasa dibawah sejak ia dilahirkan ke dunia.Apabila ketergantungan
anak menimbulkan tanggung jawab (tanggungjawab pendidikan) pada diri orang
dewasa sehingga orang dewasa mendidiknya, maka anak itu berstatus sebagai anak
didik. Sekalipun anak bergaul dengan orang dewasa, apabila tidak menimbulkan
tanggung jawab pada orang dewasa untuk mendidiknya, maka anak akan tetap
tinggal sebagai anak karena orang dewasa tidak akan melakukan tindakan-tindakan
pendidikan untuk membantunya atu membimbingnya ke arah kedewasaan.
Berdasarkan
uraian di atas dapat didefinisikan pulabahwa
anak didik adalah anak yang karena ketergantungannya menimbulkan tanggungjawab
pendidikan pada orang dewasa, sehingga secara sengaja orang dewasa itu
memberikan bantuan ke arah kedewasaan.
B.
Pendidik
Pendidik
adalah orang dewasa yang bertanggung jawab atas pendidikan anak didik dan
secara sengaja membantu anak didik agar mencapai kedewasaan.
Pendidik
adalah orang dewasa yang bertanggungjawab atas pendidikan anak, artinya orang
yang merasa terpanggil dan merasa kewajiban membantu anak, menerima dan
memposisikan diri sebagai pendidik, serta berani menerima segala konsekuensi
atas pelaksanaan berbagai peranan sesuai posisinya itu.
Pendidik
adalah orang yang secara sengaja memebantu anak agar mencapai kedewasaan,
artinya orang yang memiliki kesadaran akan dasar dan tujuan pendidikan, serta
melakukan berbagai tindakan atau kegiatan pendidikan yang kesemuanya itu
diarahkan semata-mata untuk membantu anak dalam mencapai kedewasaan.
Seorang pendidik tentu memiliki
seperangkat ilmu tentang anak sebelum mereka diangkat menjadi seorang guru atau
pendidik.Mereka harus mengenali berbagai aspek terkait dengan tumbuh kembang
anak secara fisik, psikis dan sosial emosi. Selain itu, Pendidik atau guru
bagaikan lem---“velcrow”--- yang dapat merekatkan anak dengan berbagai
pengetahuannya.
Sesungguhnya di pundak pendidik atau guru
bergelayutan setumpuk harapan dan cita-cita, serta kekaguman semua anak
didiknya. Seorang pendidik yang mampu mencintai, pasti akan dicintai
murid-muridnya. Pendidik yang senantiasa belajar untuk dapat menjadi pendamping
yang cerdas bagi murid-muridnya, tentulah akan menjadi seorang pendidik yang
dihormati dan dikagumi.
Pendidik harus memberi makna
kehidupan itulah sejatinya kurikulum yang tersirat “hidden curriculum” bagi murid-muridnya. Ia harus berpikiran lentur
dan terbuka. Ia mampu mendialogkan berpikir otak kirinya dengan otak kanannya
secara bersinergis. Memandang anak didiknya, ia juga akan memandang latar
belakang mengaitkan dengan proses pembelajaran yang ada.
Secara faktul pendidik dapat
dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:
1. Pendidik
kodrati. Contoh: ibu, ayah.
2. Pendidik
professional, atau pendidik karena jabatan. Contoh: guru, dosen, dll.
Pendidik yang pertama dan utama
adalah orang tua (ayah dan ibu), karena adanya pertalian darah yang secara
langsung bertanggung jawab penuh atas kemajuan perkembangan anak kandungnya,
karena sukses anaknya merupakan sukses orang tua juga.Sehingga orang tua
disebut pendidik kodrati. Apabila orang tua tidak punya kemampuan dan waktu
untuk mendidik, maka mereka sekiranya menyerahkan sebagian tanggung jawabnya
kepada orang lain atau lembaga pendidikan yang berkompetensi untuk melaksanakan
tugas mendidik, yakni seorang guru dituntut mampu memainkan peranan dan
fungsinya dalam menjalankan tugas keguruannya.
Dipihak lain motif pendidik
melaksanakan pendidikan pun dapat dibedakan menjadi dua kategori:
1. Motif
intrinsik, yaitu dorongan untuk bertindak yang muncul dari dalam diri pendidik.
Contoh : rasa kasih sayang kepada anak sehingga ia rela berkorban melaksanakan
pendidikan bagi anak didiknya, dll.
2. Motif
ekstrinsik, yaitu dorongan untuk bertindak yang muncul dari luar diri pendidik.
Contoh: surat tugas untuk melaksakan pendidikan dari pemerintah, surat tugas
untuk melaksanakan pendidikan dari ketua yayasan, dsb.
Selain hal diatas, pendidik harus mampu bergaul atau
berkomunikasi dengan anak didik. Syarat untuk mampu bergaul dengan anak didik
antara lain:
1. Pendidik
harus kenal karakteristik anak didik (seperti: kebiasaan, minat, bakat, latar
belakang keluarga, lingkungannya, dll)
2. Pendidik
harus mampu beridentifikasi dengan anak didik, maksudnya ia harus mengenal
dunia anak, tahap perkembangan anak, dsb., dan bertindak sesuai dengan
karakteristik keanakan anak didik.
2.2
Karakteristik
Anak Didik dan Pendidik
Terdapat berbagai karakteristik
anak didik yang perlu dipahami oleh para pendidik dan diperhatikan serta
dipertimbangkan dalam rangka praktek pendidikan. Berbagai karakteristik anak
didik itu antara lain sebagai berikut:
a. Anak
Didik adalah Subjek
Anak
didik adalah manusia, bukan benda ataupun hewan, karena itu anak didik harus
dipandang sebagai subjek, yaitu pribadi yang memiliki kedirisendirian dan
kebebasan dalam mewujudkan dirinya sendiri untuk mencapai kedewasaannya.Setiap
anak didik bebas menentukan dirinya sendiri untuk mencapai kedewasaannya.Selain
itu, anak didik bersifat “unik” artinya memiliki perbedaan daripada anak
lainnya.Perbedaan ini berkenaan dengan aspek fisiknya seperti postur tubuh dan
aspek non fisiknya seperti kemampuan belajar, cita-cita, hobi, dsb.
b. Anak
Didik sedang Berkembang
Manusia
berada dalam perkembangan menuju kedewasaannya.Hasil riset Psikologi
menunjukkan adanya “tahap-tahap perkembangan” manusia.Setiap tahap perkembangan
memiliki “tugas-tugas perkembangan dan menuntut “perlakuan” tertentu pula.
Jadi, tugas-tugas perkembangan anak SD akan berbeda dengan anak TK.
c. Anak
Didik Hidup dalam “Dunia” Tertentu
Selain
berada pada tahap perkembangan tertentu, setiap manusia hidup dalam dunianya
sesuai tahap perkembangannya dan jenis kelaminnya.Anak tidak boleh dipandang
sebagai “miniatur orang dewasa” karena anak memiliki dunianya sendiri.
d. Anak
Didik Hidup dalam Lingkungan Tertentu
Anak
didik adalah subjek yang berasal dari keluarga dengan latar belakang lingkungan
alam dan sosial budaya tertentu. Oleh karena itu, anak didik akan memiliki
karakteristik tertentu sebagai akibat pengaruh lingkungan dimana ia dibesarkan
atau dididik.
e. Anak
Didik memiliki Ketergantungan kepada Orang Dewasa
Anak
didik pada dasarnya memiliki ketergantungan kepada orang dewasa atau
pendidik.Hal ini karena anak mempunyai kekurangan dan kelemahan teretentu.
Ketergantungan anak kepada orang dewasa itu tampak dalam “ketidakberdayaan”-nya
pada saat ia dilahirkan, dan kelmahan atau kekurangannya dibanding orang dewasa.
f. Anak
Didik memiliki Potensi dan Dinamika
Bantuan
orang dewasa berupa pendidikan agar anak didik menjadi dewasa akan mungkin
dicapai oleh anak didik. Hal ini disebabkan anak didik memiliki potensi untuk
menjadi dewasa; dan ia memiliki dinamika, yaitu aktif sedang berkembang dan
mengembangkan diri, serta aktif dalam menghadapi lingkungannya dalam upaya
mencapai kedewasaan.
Adapun
Karakteristik pendidik adalah sebagai berikut:
(1) Mandiri
atau mampu berdiri sendiri
Artinya orang yang dalam kehidupannya “tidak lagi
bergantung” kepada orang lain karena ia telah memiliki berbagai kelebihan
disbanding anak, baik dalam hal pengetahuan, keterampilan, sikap, dll.
(2) Bertanggung
jawab
Artinya mampu menentukan keputusan
atau tindakan atas pilihannya sendiri dan mampu menerima segala konsekuensi
atas keputusan atau tindakannya.
(3) Mampu menyerahkan diri
Artinya berani berkorban demi
nilai-nilai dan norma-norma yang diakuinya, demi cita-cita atau demi tujuan
hidupnya, pekerjaannya, orang lain atau masyarakat, dan demi Tuhannya.
2.3
Peranan Pendidik
Dalam hubungannya dengan anak
didik, pendidik mempunyai peranan tertentu yang harus dilaksanakan.
Peranan-peranan pendidik yang dimaksud adalah:
a. Pendidik
sebagai Pengganti Kata Hati Anak Didik
Sesuai dengan moralitas
individualitas, dan dinamikanya, pada anak didik berkeinginan dan berupaya
untuk mecapai kedewasaan. Namun karena anak belum sepenuhnya mengenal norma,
nilai, tujuannya, maka pendidik harus beridentifikasi kepada anak untuk
mewakili kata hati anak dalam menentukan tujuan pendidikan, isi pendidikan,
dll.
b. Pendidik
sebagai Pengganti Kegiatan Pembelajaran
Sebagai pengelola pembelajaran,
pendidik di lingkungan pendidikan formal (seperti: guru SD, dan para guru di
sekolah lainnya, termasuk juga di TK) harus menyusun rencana kegiatan
pembelajaran, melaksanakan kegitan pembelajaran, dan mengevaluasi kegiatan
pembelajaran.
c. Pendidik
sebagai Teladan bagi Anak Didik.
Pendidik harus berperan sebgaia
teladan bagi anak didik. Pendidik harus sadar bahwa ia menjadi model bagi anak
didiknya dalam berimitasi dan beridentifikasi.
Hal diatas perlu disadari dan dilaksanakan oleh
pendidik karena pada dasarnya anak didik memiliki kecenderungan untuk melakukan
imitasi dan beridentifikasi kepada pendidiknya.
d. Motivator
Insting, hawa nafsu, lingkungan,
dll.Ada kemungkinan menghambat anak dalam belajar.Mungkin anak didik kurang
bergairah karena ada hambatan atau kesulitan dalam belajar, malas belajar,
ragu-ragu dalam melakukan sesuatu.Jika gejala ini muncul, pendidik perlu
membangkitkan kemauan diri anak didik agar terus belajar sesuai dengan
kemampuan atau kondisinya masing-masing. Dengan kata lain pendidik harus
berperan sebagai motivator. Pendidik perlu melaksanakan semboyan Ing Madya
Mangun Karso.Maksudnya pendidik hendaknya berperan untuk membangun kemauan
belajar pada diri anak didik.
e. Pembimbing
atau Pamong
Sebagai pembimbing, pendidik
bertugas membantu anak didik dalam mengenal dirinya sendiri, mengenal
lingkungannya, serta rencana hidupnya di masa depan. Selain itu pendidik harus
percaya bahwa anak didik mempunyai kemampuan untuk menjadi dewasa; mengakui
kebebasan anak didik; dankarena itu memberi kesempatan kepada anak didik untuk
menentukan pilihannya sendiri serta berbuat atas inisiatifnya sendiri dalam
rangka pengembangan diri sesuai dengan minat, bakat atau kemampuannya.
f. Fasilitator
Pendidik harus berperan sebagai
orang yang mampu memberikan kemudahan kepada anak dalam rangka belajar, latihan
membiasakan diri untuk mencapai kedewasaannya. Contoh: menyediakan lingkungan
yang kondusif untuk anak bereksplorasi, atau menyediakan alat-alat bantu
belajar yang cocok sesuai kebutuhan anak didik, dsb.
g. Evaluator
Sebagai evaluator pendidik
diharapkan berperan untuk menilai perkembangan anak didik, baik berkenaan
dengan pengetahuan, sikap, keterampilan, kebiasaannya, dll. Dalam hal ini
pendidik harus membandingkan secara perilaku aktual anak dengan perilaku ideal
(tujuan pendidikan) yang telah ditetapkan
BAB III
KESIMPULAN
Anak didik
merupakan generasi masa depan, pada diri merekalah harapan dan cita-cita baik
bangsa maupun agama. Murid atau anak didik adalah stiap orang
yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan
kegiatan pendidikan. Murid bukanlah hewan, namun ia adalah manusia yang
mempunyai akal. Murid adalah salah satu unsur manusiawi yang sangat penting
dalam kegiatan interaksi edukatif. Ia dijadikan pokok persoalan dalam semua
gerak kegiatan pendidikan dan pengajaran. Sebagai pokok persoalan, murid
memiliki kedudukan yang menempati posisi yang menentukan dalam sebuah
interaksi. Guru atau pendidik tidak mempunyai arti apa-apa tanpa kehadiran
murid sebagai subyek pembinaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa anak didik
merupakan “kunci” yang menentukan untuk mewujudkan terjadinya interaksi
edukatif. Namun, bukan berarti anak didik yang hanya menjadi faktor penting
dalam proses pembelajaran akan tetapi pendidik juga berpaeran dalam terjadinya
suatu kegiatan pembelajaran. Jadi, dari penjelasan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa antara pendidik dan anak didik saling membutuhkan satu sama
lain dan keduanya merupakan faktor yang sangat penting demi berlangsungnya
suatu proses pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Fauziah,
DU. 2008. Keindahan dalam Perspektif
Pedagogi. Bandung: CINDY GRAFIKA
Syaripudin,
Tatang dan Kurniasih. 2012. Pedagogik
Teoritis Sistematis. Bandung: PERCIKAN ILMU
No comments:
Post a Comment